Horor Mumbai dan Jati Diri Pejabat BI

  • Tragedi Kemanusiaan Berselimut Politik Narsis
  • Kontemplasi Hidup Sang Pejabat Pabrik Uang
300434-01-02

Taj Hotel Mumbai Membara Dalam Drama Serangan Enam Jam - AP PHOTO

KAMIS (27/11), menjadi hari buruk di dunia. Serangan bersenjata kelompok yang menamakan diri Mujahidin Dakkah mengguncang Taj Hotel Mumbai India.

Serangan bersenjata disertai ledakan granat telah merenggut lebih dari seratus nyawa. Sekelompok teroris ini membidik warga negara Amerika Serikat dan Inggris.

Sekitar enam jam, horor maut melanda Taj Hotel. Tragedi kemanusiaan kembali membuahkan tangis dunia, pasca serangan 11 September terhadap World Trade Center di AS dan bom Bali, 2002.

Sungguh mengerikan, dan memilukan menatap begitu banyak tubuh manusia tewas berlumuran darah di seputar Taj Hotel. Manusia seolah tak berharga lagi. Apa pun dalihnya, kejahatan terorisme seperti ini, hanya menciptakan nestapa baru.

Orang-orang tak bersalah, dan tak tahu menahu politik, ikut menjadi korban. Mereka bukan orang-orang yang berpaham selibat. Ratusan korban itu memiliki keluarga, kerabat dan sahabat. Betapa banyak orang berduka atas serangan maut yang mendadak itu.

Benarkah Tuhan mengajarkan pembunuhan massif seperti ini? Tiada seayat pun di kitab agama mana pun yang menghalalkan nyawa untuk mengajak anak manusia memasuki jalan ke surga.

Sekelompok anak muda yang menembaki dan memborbardir Taj Hotel, boleh jadi mengklaim sebagai mujahidin Dakkah. Tetapi sungguh naif, jika mengatasnamakan Islam sejati.

holygod4

Cahaya Islam Menciptakan Keindahan Dunia Akhirat - photobucket.com

AGAMA Islam sungguh agung dan mulia. Agama Islam begitu menyanjung perdamaian. Nabi Besar Muhammad Saw telah membuktikan, bahwa Islam begitu cinta akan perdamaian.

Rasulullah hanya berperang melawan kekuatan iblis yang ingin memusnahkan umat Islam, bukan menembaki orang-orang tak bersalah. Nabi Muhammad pula telah memberi teladan kita semua, betapa sabarnya beliau menghadapi orang-orang yang sempat membencinya.

Olokan dan lemparan batu, dibalasnya dengan cinta kasih. Terbukti ketika sang penista jatuh sakit, justru Rasulullah lah orang pertama yang menjenguk dan memberi roti serta kurma.

Kenyataan ini menunjukkan betapa ekstremnya perbedaan klaim-klaim kelompok teroris yang menghalalkan nyawa manusia dengan apa yang diperbuat junjungan umat Islam di dunia. Kelompok teroris di India, mungkin pula Osama bin Laden hingga kelompok Amrozi, naif disejajarkan semangatnya membela Islam.

Darah baru mengucur, nyawa baru melayang, apabila umat Islam diberangus penguasa zalim. Jihad mempertahankan agama menjadi kewajiban!

Jihad itu sungguh mulia. Tak bisa disejajarkan dengan serangan teroris yang kenyataannya membawa korban orang-orang tak bersalah. Orang-orang yang tidak memiliki kaitan dan afiliasi terhadap kezaliman maupun motif politik dengan subjek sasaran utama.

Berpesta lah iblis menyaksikan bunuh-membunuh anak Adam di dunia. Seolah-olah ingin membela agama, justru digelincirkan syetan ke kubangan neraka jahanam. Seolah-olah dekat Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, kenyataannya sangat berjauhan.

Syetan makin cerdas dan pintar menguasai anak-anak Adam yang tersihir peradaban modern saat ini. Umat manusia cenderung silau, tak mampu menatap dengan gamblang jalan berliku menuju kebahagiaan sejati pascakematian.

DITAHAN KPK

Mantan Deputi Gubernur BI Aulia Pohan Akhirnya Ditahan KPK - FOTO ANTARA

KETULUSAN dan kejujuran sejati menurut agama, saat ini menjadi langka. Syetan senantiasa membisikkan jalan berliku menuju ‘surga’ dunia belaka. Ruh- ruh ahli neraka ini mengajak manusia menikmati dunia tanpa batas nafsu.

Oleh karena itu mereka mengabaikan belas kasih kepada sesama, apalagi terhadap flora, fauna maupun bebatuan ciptaan Allah Swt di dunia. Manusia telah banyak digelincirkan syetan. Jadilah tragedi-tragedi kemanusiaan di dunia, termasuk peristiwa berdarah di Mumbai India.

Dalam realita sehari-hari, bekerjanya syetan bisa kita temukan dalam sikap dan perbuatan pejabat-pejabat yang gemar mengambil harta negara, harta rakyat di negeri kita. Kolusi, nepotisme dan korupsi, terus menggurita.

Perbuatan korup, jelas bukan pengamalan agama mana pun. Tiada seayat pula yang menghalalkan penikmatan harta yang bukan milik kita. Mana yang haq dan batil sungguh berbeda 180 derajat.

Kenyataannya, terlalau banyak pejabat kita tergelincir bujuk-rayu syetan. Rata-rata mereka ingin kaya mendadak dengan harta melimpah-ruah, yang seolah-olah bisa dibawa mati. Terlampau banyak disebutkan, hampir tiap wilayah di negeri ini telah terperosok ke KKN.

Di pusat apalagi. Tak pandang bulu, pejabat di berbagai instansi larut dalam korupsi. Yang mengejutkan bangsa ini dulu, kasus suap kepada Ketua Tim Jaksa Penyelidik kasus pengembalian aset Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), Urip Tri Gunawan.

Kasus serupa juga melanda Anggota Komisioner Komisi Pengawas Persaingan usaha (KPPU), M Iqbal. Para wakil rakyat, Hamka Yandhu dan Anthony Zeidra dari Golkar pun tak kuasa menahan nafsu menguasai dana Rp 35 miliar dari Rp 100 miliar yang disediakan Bank Indonesia.

Kamis (27/11) sore pun menjadi hari buruk bagi Aulia Pohan, Maman Soemantri, Bun Bunan Hutapea, dan Aslim Tadjuddin. Keempat mantan deputi gubernur BI itu ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Mereka dianggap bertanggungjawab atas mengalirnya dana Rp 100 miliar dalam penyelamatan para petinggi BI yang tersandung perkara di Kejaksaan Agung, dan menyuap DPR terkait revisi UU BI. Saatnya kita renungkan, apa sejatinya hidup kita ini. (*)

Tinggalkan komentar