Safaat Ajaran Syekh Siti Jenar

*Menggugat Klaim Era Demak

*Kontemplasi Kesejatian Diri

HANYA ALLAH SWT - Ya Allah Engkaulah Pencipta Semesta Raya ini

HANYA ALLAH - Hanya kepada-Mu hambahmu menyembah

Sang penulis buku Syekh Siti Jenar Achmad Chodjim meminta kita agar tak mengkhawatirkan ajaran Syekh Siti Jenar (SSJ). Bukan momok yang harus ditakuti, karena isi ajarannya justru sarat prinsip egaliter atau persamaan dalam setiap lini kehidupan.

“Ajaran SSJ ini mengedepankan prinsip egaliter, dan sejak lama memperjuangkan hak asasi manusia (HAM), bukan momok yang harus ditakuti,” tutur Chodjim dalam diskusi Kontroversi Ajaran Syekh Siti Jenas dan Relevansinya Kini di Jakarta, Jumat 12 Juni 2009.

Menurut pandangan alumni Pondok Pesantren Modern Gontor, Darul Ulum dan Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini, stigma negatif terhadap SSJ selama ini membuat bingung masyarakat. Sesungguhnya, kehadiran SSJ yang notabene mengajarkan Agama Islam dalam ruang waktu Abad 15, bermaksud meluruskan pembentukan strata sosial, antara hamba dengan raja maupun pengikut dan sunan.

“Islam mengajarkan prinsip persamaan, dan tidak mengenal perbedaan kulit atau status. Inilah yang ingin diluruskan SSJ pada zamannya,” jelas Chodjim, penulis yang telah melahirkan 16 judul buku ini.

“Namun hal itu, justru dianggap mengancam eksistensi kerajaan Demak, sehingga SSJ dikecam sebagai pembawa ajaran sesat,” tegasnya.

CINTA ALLAH - Mencari Allah, mencintai Allah

CINTA ALLAH - Mencari dan Mencintai Allah

AJARAN tarekat SSJ, bahkan dinilai masih relevan hingga kini. Terdapat sembilan pokok ajaran. Di antaranya, tidak mengabsolutkan pendapat, menjadi manusia yang hakiki, yaitu perwujudan dari hak, kemandirian dan kodrat.

Selain itu, segala sesuatu di alam semesta adalah satu dan hidup. Sebagai gambaran, air yang dinilai benda mati, sebenarnya hidup. Ini telah terbukti. Adalah Masaru Emoto, peneliti berkebangsaan Jepang berhasil membuktikan bahwa air akan membentuk kristal yang indah saat diberikan ucapan yang indah-indah.

Sebaliknya, struktur kristalnya akan tidak beraturan dan jelek pada saat disumpahi atau dicaci-maki. Karya penelitian ilmiah Masaru Emoto ini dituangkan dalam buku yang meraih best seller, Mizu Wa Kotae Wo Shitteiru atau Menguak Rahasia Mengapa Air Dapat Menyembuhkan.

“Itu menunjukkan bahwa air memiliki unsur kehidupan karena dapat merespon yang di sekitarnya,” tutur Chodjim. “Dari sekian ajaran tersebut, SSJ ingin menjelaskan bahwa agama adalah jalan hidup dan tidak boleh dijadikan alat kekuasaan negara/kerajaan.”

Konsekuensinya, penganut tarekat ini harus mendapat kebebasan untuk mengeksplorasikan diri, sehingga dapat hidup tenang dan bahagia. Karya Chodjim tentang Syekh Siti Jenar, Makna Kematian, menjadi best seller of book, dan mencapai cetakan ke-13.

Ilmuwan kelahiran Surabaya 1953 ini, sehari-hari lebih banyak berbagai diskusi dan kajian agama. Santri Tebu Ireng ini pernah mendalami ilmu di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan program pascasarjana di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya. (antara/*)

3 Tanggapan to “Safaat Ajaran Syekh Siti Jenar”

  1. oh ternyata ssj bukan aliran sesat dong tapi kesalahpahaman dalam persepsi

  2. Kai Hansen Says:

    Ass.cak Chodjim saya sangat kagum kepada cak codjim karena buku-buku nya bila dibaca,seakan -akan kita yang membacanya bisa langsung merasakan bagaikan memakan buah manggis,membuka kulitnya,melihat isinya dan langsung kita dapat merasakan manisnya buah manggis tersebut.Dari saya salam persaudaraan semoga karya -karyanya dapat memberikan cahaya penerang buat orang -orang yang mau berubah dari yang tidak memahami akan menjadi orang yang memahami akan Ketuhanan.wasalam (Arek Benowo sby)

  3. makcihhh banyak atas petuah petuah sufinya ya,

Tinggalkan komentar